Saat melakukan jungkir balik dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas, kebanyakan orang akan merasa pusing. Tapi hal sebaliknya malah terjadi pada seorang wanita. Wanita ini akan pingsan tiap kali ia berbaring atau berdiri tegak. Satu-satunya cara agar ia tetap sadar adalah dengan berdiri terbalik dengan kepala di bawah.
Kasus wanita tersebut telah diterbitkan dalam majalah Discover dan diceritakan oleh Dr. Louis Janeira. Dalam artikel tersebut, wanita dengan kondisi medis aneh disebutkan dengan nama Mary.
Suatu hari, Mary (60 tahun) tak sadarkan diri. Sang suami Jason membawanya ke dalam ambulans. Namun dokter, penjaga keamanan dan perawat dengan panik langsung berteriak ketika Jason tampak membalikkan tubuh Mary dengan posisi kepala di bawah.
Dokter mengatakan hal tersebut bisa menyakiti Mary, tapi Jason menjelaskan bahwa posisi terbalik dengan kepala di bawah adalah satu-satunya cara untuk membuat Mary sadarkan diri.
Sehari sebelumnya, Mary datang ke rumah sakit karena tekanan darah rendah. Dokter mengimplankan alat pacu jantung dan ia diperbolehkan pulang. Di hari berikutnya, Mary batuk dan mengalami kolaps. Ia mencoba untuk berdiri tegak tapi malah pingsan.
"Mary mungkin mengalami kondisi yang menghalangi aliran darah dari jantung ke otak, yang bisa diatasi ketika kepalanya dibalikkan. Atau tekanan darahnya begitu rendah sehingga darah bisa mencapai otak hanya bila ia dalam posisi terbalik. Tekanan darah yang rendah bisa saja dipicu oleh reaksi alergi, anaphylactic shock atau dehidrasi berat," jelas Dr. Louis Janeira, seperti dilansir Medicaldaily, Rabu (29/8/2012).
Kemungkinan lain, lanjut Dr Janeira, Mary bisa jadi menderita cardiac tamponade, yaitu tekanan pada jantung yang disebabkan oleh penumpukan darah pada katup yang menutupi organ.
"Jika jantungnya sudah berlubang selama implantasi alat pacu jantung dan darah telah merembes di sekitar katup, mungkin ventrikelnya kini sedang memeras kumpulan darah, sehingga menurunkan cardiac output. Kondisi ini dapat naik kembali ketika tubuhnya dibalik dengan meningkatkan aliran darah ke otak," jelas Dr Janeira.
Tapi dokter segera menyadari bahwa kawat di alat pacu jantung Mary terputus ketika ia batuk. Ketika ia dalam posisi terbalik, alat pacu jantung masih dapat menstimulasi jantungnya, tetapi ketika tegak tidak bisa. Akhirnya, alat pacu jantung Mary harus "diinstal" ulang dan kini ia mampu berjalan keluar dari rumah sakit dengan tegak.
Kasus ini sangat langka. Dari 220.000 implan alat pacu yang menggunakan alat pacu jantung serupa dengan Mary, hanya 97 yang dicopot.